Minggu, 31 Desember 2023

Tanya Jawab/Soal seputar Hadist Manajemen Pendidikan

    
Soal Hadist Manajemen Pendidikan


    Daftar pertanyaan ini merupakan pengalaman penulis dalam mata kuliah Hadist Manajemen Pendidikan yaitu terdapat di Soal Ujian Tengah Semester Hadist Manajemen Pendidikan. Jadi jawabanpun merupakan sudut pandang penulis. Mohon maaf jika terdapat kekeliruan, rekan-rekan bisa menyampaikan saran dan kritik via komen atau media yang tercantum di blog ini. terima kasih.


1. Hadis manajemen pendidikan  menjadi landasan epistem dalam merancang bagunan keilmuan manajemen pendidikan Islam. Landasan ini mempengaruhi dalam membangun konsepsi manusia, konsepsi  pendidikan. Coba deskripsikan apa yang saudara fahami tentang konsep manusia,  dan konsep pendidikan menggunakan kerangka hadis manajemen pendidikan ? sebutkan dasar hadisnya. Coba narasikan dengan membandingkan landasan sosial, ekonomi, dan politik bagi terbangunnya konsepsi manusia dan pendidikan serta implikasinya bagi upaya meretas jati diri dan nilia manusia. Landasan mana yang hari ini dianggap paling baik menyelamatkan masa depan manusia?

Jawaban :

- Konsep Manusia dan Pendidikan dalam Hadist

Di dalam Al-Qur’an ditemukan beberapa perkataan yang sering digunakan bila berbicara tentang manusia, yakni: al-Basyar, al-Insan, dan an-Nas [1]. Al-Basyar juga dapat diartikan mulamasah, yaitu persentuhan kulit antara laki-laki dengan perempuan. Makna etomologis dapat dipahami bahwa manusia merupakan makhluk yang memiliki segala sifat kemanusiaan dan keterbatasan, seperti makan, minum, seks, keamanan, kebahagiaan, dan lain sebagainya. Secara etimologi Al-Insan dapat diartikan harmonis, lemah lembut, tampak, atau pelupa. Kata al-insan digunakan di dalam Al-Qur’an untuk menunjukkan totalitas manusia sebagai makhluk jasmani dan rohani. Sedangkan Kata an-nas dalam Al-Qur’an untuk menunjukkan bahwa sebagian besar manusia tidak memiliki ketetapan keimanan yang kuat. Kadangkala ia beriman, sementara pada waktu yang lain ia munafik[2]. Ada sebuah hadist mengenai konsep manusia yaitu

 

عَنْ اَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِفَاَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ اَوْ يُنَصِّرَنِهِ اَوْ يُمَجِّسَنِهِ كَمَثَلِ الْبَهِيْمَةِ تُنْتَجُ الْبَهِيْمَةَ هَلْ تَرَى فِيْهَا جَدْ عَاءَ. (رَوَاهُ الْبُخَارِى)

Telah menceritakan kepada kami Adam telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Dza'bin dari Az Zuhriy dari Abu Salamah bin 'Abdurrahman dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata; Nabi Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fithrah. Kemudian kedua orang tuanyalah yang akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi sebagaimana binatang ternak yang melahirkan binatang ternak dengan sempurna. Apakah kalian melihat ada cacat padanya (HR. Bukhori. No.1296)[3]

 

Konsep manusia dalam hadist tersebut dikatakan bahwa semua orang itu dalam keadaan kosong, suci, dan memiliki hak yang sama atas pengetahuan yang perlu diarahkan, dibimbing, didorong sehingga bisa menjadi sesuatu yang diinginkan. Sepertinya hal ayah dan ibu nya yang mejadikannya dia yahudi, Nasrani dan majusi, bahwa anak pada umumnya bisa kita bentuk menjadi apapun. Potensi anak itu sangat bersih bagaikan suatu kertas putih yang belum tercorat-coret oleh tinta.[4]  Menyambung ke konsep pendidikan, bahwa pembelajaran harus dibentuk secara sistematis untuk mengarahkan anak pada suatu tujuan dengan memperhatikan kemampuan anak tersebut. Kita bisa olah menjadi A, B atau C tergantung pada capaian, metode, isi pembelajaran.

 

-              Landasan Sosial, Ekonomi dan Politik

Manusia adalah makhluk sosial (soscial being atau homo saphiens). Kita sebagai manusia dilahirkan ke alam dunia ini dalam kondisi yang lemah, tak berdaya. Karena manusia tidak berdaya, maka dia tidak akan sanggup melangsungkan hidupnya tanpa bantuan orang lain. Mengenai sosialitas manusia (social being) terlaksananya pendidikan secara baik adalah dengan saling tolong-menolong sebagai makhluk sosial. Pernyataan ini dapat dipertegas dengan Q.S Al-Maidah ayat 2 Artinya: dan “tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa.” Al-Quran membahasakan ungkapan kerjasama, saling tolong atau saling membantu dengan kata ta’awun, yang berarti kedua belah pihak secara aktif melakukan pertolongan dan bantuan satu sama lain. Karakter dasar manusia inilah yang menempatkan dirinya menjadi sebuah keniscayaan, di mana dalam mengarungi dan memenuhi kebutuhan hidup di dunia ini[5].

Pendidikan  Islam  dalam  perspektif ekonomi   maksudnya   adalah   pendidikan atau  ilmu  akan  mengentarkan  seseorang menjadi   kaya,   sehingga   disebut   dengan orang   yang   punya   ekonomi.   Rasul   saw pernah  ditanya  perihal  ilmu  dan  ekonomi atau   harta,   maka   Rasul   saw   menjawab pilih  ilmudemikianbeliau  menceritakan kisah Nabi Sulaiman, Haditsnya : Sulaiman diberi  pilihan  antara  harta,  kerajaan,  atau ilmu.  Maka Sulaiman  memilih  ilmu.  Lalu dengan sebab memilih ilmu (pada akhirnya)  ia  diberi  kerajaan  dan  harta.(H.R. Ibnu ‘Asakir dan ad-Dailami)[6]. Pendidikan Islam juga bertujuan untuk merubah akhlak dan budi pekerti pribadi manusia dalam rangka ibadah kepada Allah dan menuju ketaqwaan kepada Allah. Dalam pandangan ilmu ekonomi, maka pendidikan Islam adalah rangkaian proses pembelajaran dalam mencari pengetahuan untuk mendapatkan kesejahteraan atau ekonomi mapan (harta). 

Politik menciptakan produk kebijakan dalam pendidikan. Jadi sangat penting kita melihat aspek politik ini menentukan keberhasilan pendidikan. Pendidikan khususnya pendidikan formal disekolah merupakan tempat transfer pengetahuan tetapi juga sebagai tempat transfer nilai, nilai dalam hal ini sangat erat kaitannya dengan normanorma dan segala sesuatu yang baik dimasyarakat. Rantai tersebut merupakan kepaduan yang menentukan manusia menjadi apa.


2. Hari ini banyak muncul problem belajar yang salah satunya dikarenakan crisis in the classroom, banyak tekanan, dan hilangnya keceriaan dalam belajar. Coba apa yang saudara ketahui tentang etika organisasi atau secara khusus etika dalam pendidikan dan bagaimana memperlakukan peserta didik yang ramah? beri argumen kenapa membahas etika pendidikan menjadi penting dalam hadis Manajemen? Tulis dan terjemahkan hadis dibawah ini sebagai dasar penjelasan profetis dari argumen soal nomor 1 saudara.

عَنْ أَنَسٍ اِبْنِ مَالِكٍ عَن النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : يَسِّرُوْا وَلَا تُعَسِّرُوْا وَبَشِّرُوْا وَلَا تَنَفَّرُوْا وَكَانَ يُحِبُّ الْتَخْفِيْفِ وَالتَّيْسِرِ عَلَى النَّاسِ  (رواه البخارى)

Jawaban :

عَنْ أَنَسٍ اِبْنِ مَالِكٍ عَن النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : يَسِّرُوْا وَلَا تُعَسِّرُوْا وَبَشِّرُوْا وَلَا تَنَفَّرُوْا وَكَانَ يُحِبُّ الْتَخْفِيْفِ وَالتَّيْسِرِ عَلَى النَّاسِ  (رواه البخارى)

        Dari Anas bin Malik R.A. dari Nabi Muhammad SAW beliau bersabda : Permudahkanlah dan jangan kamu persulit, dan bergembiralah dan jangan bercerai berai, dan beliau suka pada yang ringan dan memudahkan manusia (H.R Bukhori)
        Budi pekerti guru penting dalam pendidikan watak anak didik. Guru harus menjadi teladan, karena anak-anak bersifat suka meniru. Dari tujuan pendidikan yaitu membentuk akhlak yang mulia pada diri pribadi anak didik dan ini hanya mungkin bisa dilakukan jika pribadi guru berakhlak mulia pula. Yang dimaksud akhlak mulia dalam ilmu ilmu pendidikan islam adalah akhlak yang sesuai dengan ajaran islam, seperti contoh oleh pendidik utama, Nabi Muhammad SAW. Di antara akhlak mulia guru tersebut adalah mencintai jabatannya sebagai guru, bersikap adil terhadap semua anak didiknya, berlaku sabar dan tenang, berwibawa, gembira, bersifat manusiawi, bekerjasama dengan guru-guru lain, bekerjasama dengan masyarakat.[7]
      Etika dalam pembahasan hadist sangat penting untuk menuntun tingkah laku manusia sesuai dengan nilai-nilai yang dianut. Terlebih dalam agama islam, etika merupakan manifestasi dari hati. Jadi diharapkan dengan hati yang bersih bisa menimbulkan etika dan perbuatan yang baik.



3. Problem mendasar dalam praktek pendidikan hari ini adalah hilangnya sikap tegas dari pemimpin. Pemimpin, manager pendidikan yang seharusnya menjadi pilar pendidikan rubuh karena kasus indisiplin, korupsi, kehilangan visi dan kemampuan membimbing, memfasilitasi dan menjadi dinamisator.  Pemimpin adalah kunci dari pelaksanaan managemen. Dia yang punya ororitas, power, kekuasaan politik untuk dimanfaatkan sebaik mungkin menggerakkan organisasi.  Kegagalan memahami kondisi ini akan berdampak hilangnya agregasi, greget dan spirit pendidikan sebagai satu satunya instrument perubahan yang paling sistematis di dunia ini. Jelaskan dan tulis hadis tentang pemimpin yang harus memiliki akuntabilitas, pertanggung jawaban, keterbukaan dan kemauan bekerja keras demi amanat suci?  Bagaimana pandangan saudara bahwa pemimpin akan bertanggung jawab bukan saja dalam kontek hidup di dunia, organisasi, kelembagaan, tetapijuga dihadapan Allah SWT sebagai pemberi amanah kepemimpinan ?

Jawaban :


عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ الْإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ فِي بَيْتِ زَوْجِهَا وَمَسْئُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا وَالْخَادِمُ رَاعٍ فِي مَالِ سَيِّدِهِ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

Artinya :

    Dari Ibn Umar r.a. Sesungguhnya Rasulullah Saw. Berkata :”Kalian adalah pemimpin, yang akan dimintai pertanggungjawaban. Penguasa adalah pemimpin, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Suami adalah pemimpin keluarganya, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Istri adalah pemimpin dirumah suaminya, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Pelayan adalah pemimpin dalam mengelolaharta tuannya, dan akan dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya. Oleh karena itu kalian sebagai pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.“

    Hal yang paling mendasar yang dapat diambil dari hadis diatas adalah bahwa dalam level apapun, manusia adalah pemimpin termasuk bagi dirinya sendiri. Setiap perbuatan dan tindakan  memiliki resiko yang harus dipertanggungjawabkan. Setiap pemimpin pun mengejar sikap tanggung jawab dengan bekerja keras atas apa yang dipimpinnya. Dari mulai keberhasilan atau kegagalan yang dialami organisasi pada hakikatnya bagaimana pemimpin mengelolanya, ini adalah sikap akuntabilitas. 
Pemipin harus mampu mengantisipasi perubahan yang tiba-tiba, dapat mengoreksi kelemahan-kelemahan, dan mampu membawa lembaga kepada sasaran dalam jangka waktu yang sudah ditentukan. Ringkasnya, pemimpin mempunyai kesempatan paling banyak untuk mengubah lembaga yang dipimpinnya. Oleh karena itu manajemen merupakan kunci bagi suksesnya kepemimpinan. Kartono mengatakan “pemimpin merupakan paktor kritis (crucial factor) yang dapat menentukan maju mundurnya atau hidup matinya suatu usaha dan kegiatan bersama”. 

Pemipin harus mampu mengantisipasi perubahan yang tiba-tiba, dapat mengoreksi kelemahan-kelemahan, dan mampu membawa lembaga kepada sasaran dalam jangka waktu yang sudah ditentukan. Ringkasnya, pemimpin mempunyai kesempatan paling banyak untuk mengubah lembaga yang dipimpinnya. Oleh karena itu manajemen merupakan kunci bagi suksesnya kepemimpinan. Kartono mengatakan “pemimpin merupakan paktor kritis (crucial factor) yang dapat menentukan maju mundurnya atau hidup matinya suatu usaha dan kegiatan bersama”.[8]


4. Pendidikan Islam ditujukan selain dalam kontek ideal ibadah kepada Allah [ridlallah, syiarul islam, dar akhirah], namun dalam kontek praktis juga membangun kapasitas manusia menjadi berdaya. Mukmin yang kuat itu dicintai Allah.

عَنْ اَبِىْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : الْمُئْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَ اَحَبُّ اِلَى اللهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ فِيْ كُلِّ خَيْرٍ . اَحْرَصَ عَلَى مَا يَنْفَعَكَ وَاَسْتَعِنْ بِا اللهِ وَلَا تَحْزَنْ وَإِنْ اَصَابَكَ شَيْئٌ وَلَا تَقُلْ : لَوْ اَنِّى فَعَلْتُ كَذَا وَ كَذَا وَكُنْ قُلْ : قَدَّرَ اللهُ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَاِنْ لَوْ تُفَتَّحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ (رَوَاهُ مُسْلِمْ)

Coba beri argumentasi apa manfaat dan keunggulan ilmu bagi manusia. Beri argument berdasar hadis hadis pilihan yang anda ketahui berkait Controlling: menilai hasil pekerjaan dan Evaluasi Pendidikan?

Jawaban :

- Mukmin yang kuat 


          Dari Abu Hurairah Radiyallahu anhu ia berkata: Rasulullah Sallallahu Alayhi Wasallam bersabda: “Orang mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada orang mukmin yang lemah, namun pada masing-masing (dari keduanya) ada kebaikan. Bersemangatlah terhadap hal-hal yang berguna bagimu, mohonlah pertolongan kepada Allah, dan jangan menjadi lemah. Jika kamu ditimpa sesuatu, jangan berkata seandainya aku berbuat begini, maka akan begini dan begitu, tetapi katakanlah Allah telah menakdirkan, dan kehendak oleh Allah pasti dilakukan. Sebab kata ‘seandainya’ itu dapat membuka perbuatan setan.” [HR. Muslim]

    Kebahagiaan seorang hamba dan kesuksesannya sangat ditentukan oleh semangat dan kesungguhannya dalam melakukan segala yang bermanfaat dalam urusan agama dan dunianya, serta keriusannya dalam memohon pertolongan kepada Allâh Azza wa Jalla . Ketika semua unsur ini sudah terpenuhi, maka itu adalah kesempurnaan baginya dan sebagai tanda kesuksesannya. Namun, ketika dia meninggalkan salah satu dari tiga perkara ini (bersemangat, bersungguh-sungguh, dan meminta pertolongan Allâh), maka dia akan kehilangan kebaikan seukuran dengan perkara yang ditinggalkannya.

        Orang yang tidak bersemangat dalam meraih dan melakukan hal-hal yang bermanfaat, bahkan bermalas-malasan, maka dia tidak akan mendapatkan apa-apa. Karena malas itu sumber kegagalan. Orang yang malas tidak akan mendapatkan kebaikan dan kemuliaan. Orang yang malas tidak akan bernasib baik dalam agama dan dunianya.

- Kegunaan Ilmu Bagi Manusia

    Pertama, ilmu berfungsi sebagai dasar bagi pembentukan dan pengembangan teknologi yang merupakan konsep, gagasan, pemikiran dan idenya yang bersifat nonfisik. Hal ini bisa membantu manusia dan meringankan pekerjaan-pekerjaan yang ada.
Kedua, ilmu bisa membedakan mana yang salah dan mana yang benar. Allah tidak menciptakan hanya keindahan atau kesenangan semata melainkan memberi ujian kepada manusia berupa hal-hal yang diharamkan Allah SWT seperti khamr, babi, judi dll. Maka kita harus bisa membedakan halal dan haram.
        Ketiga, ilmu adalah penjelas bagi sesuatu. Sehingga kita bisa mengetahui sesuatu sebagai bentuk pembelajaran seperti mengetahui kejadian tanah longsor, tsunami, hal tersebut berguna bagi kita mengetahui penyebab supaya kedepannya bisa mengantisipasi ketika terjadi fenomena tersebut.
        Keempat, ilmu berfungsi sebagai penerang atau nur bagi kehidupan manusia. Keberlangsungan masa depan suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh tingkat penguasaan bangsa tersebut terhadap ilmu pengetahuan. Ilmu sebagai cahaya mensyaratkan kebersihan diri bagi orang yang akan mendapatkannya. Ilmu sebagai cahaya ini dapat pula dipahami dari adanya kehendak Tuhan yang memberikan cahaya kepada orang yang dikehendakinya. Sebagaimana dijelaskan dalam Qur’an surah An-Nur (24) ayat 35.

- Hadist tentang Controlling

(حاسبوا أنفسكم قبل أن بحاسبوا ونوا أعمالكم قبل أن توزن (الحديث

Artinya: “Periksalah dirimu sebelum memeriksa orang lain. Lihatlah terlebih dahulu atas kerjamu sebelum melihat kerja orang lain.” (HR. Tirmidzi: 2383).

    Pengawasan dalam Islam dilakukan untuk meluruskan yang bengkok, mengoreksi yang salah dan membenarkan yang hak. Pengawasan di dalam ajaran Islam, paling tidak terbagi kepada 2 (dua) hal: pertama, pengawasan yang berasal dari diri, yang bersumber dari tauhid dan keimanan kepada Allah SWT. Orang yang yakin bahwa Allah pasti mengawasi hamba-Nya, maka orang itu akan bertindak hati-hati.  proses pengawasan merupakan kewajiban yang terus menerus harus dilaksanakan, karena pengawasan  merupakan pengecekan jalannya planning dalam organisasi guna menghindari kegagalan atau akibat yang lebih buruk. Mengenai faktor ini al-Qur’an memberikan konsepsi yang tegas agar hal yang bersifat merugikan tidak terjadi. Tekanan al-Qur’an lebih dahulu pada intropeksi, evaluasi diri pribadi sebagai pimpinan apakah sudah sejalan dengan pola dan tingkah berdasarkan planning dan program yang telah dirumuskan semula.

Referensi :

[1] Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam: Dalam Perspektif Filsafat (Jakarta: Kencana, 2014), hal. 40.

[2] Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis (Jakarta: Ciputat, 2002), hal.13

[3] Rubini. 2015. Jurnal Hadits Tarbawi Tentang Potensi Anak (Fitrah). Yogyakarta: Jurnal Komunikasi Dan Pendidikan Islam. Hal 28.

[4]Hasbiyallah,dk.2015.Hadist Tarbawi.Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hal 2.

[5] Lanny Octavia, dkk., Pendidikan Karakter Berbasis Tradisi Pesantren, Cet. I. ( Jakarta: Rumah Kitab, 2014), h. 156.

[6] Nurhadi, Islamic Education dalam Perspektif Ekonom dan Filosof (Analisis Paradigma Pendidikan Barat Dan Timur). Jurnal Al-Thariqah Vol. 2, No. 2, Desember 2017. Hal 117

[7] Moh. Roqib dan Nurfuadi, Kepribadian Guru, (Purwokerto: 2011, STAIN Press), Hlm. 112

[8] Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, Cet. VII (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994), h. VI.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About

authorHello, Nama saya Arif, saat ini sedang menempuh studi S2 di UIN SGD Bandung.
Learn More →



Statistik Blog