Evaluasi dalam setiap kegiatan, organisasi, individu merupakan hal yang penting supaya bisa menjadi perbaikan dan bisa membuat langkah strategis kedepannya. kemudian bagaimana hadist memandang evaluasi ini, secara langsung diksi evaluasi itu tidak ada di hadist-hadist, tapi arti nya semantik dengan evaluasi. maka ada beberapa hadist yang secara tidak langsung mengandung makna evaluasi.
Hadist nomor 1
عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضاً قَالَ: بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ، لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ، وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ، حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ: يَا مُحَمَّد أَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِسْلاَمِ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اْلإِسِلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكاَةَ وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً قَالَ : صَدَقْتَ، فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِيْمَانِ قَالَ : أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ. قَالَ صَدَقْتَ، قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِحْسَانِ، قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ. قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ، قَالَ: مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَاتِهَا، قَالَ أَنْ تَلِدَ اْلأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي الْبُنْيَانِ، ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا، ثُمَّ قَالَ : يَا عُمَرَ أَتَدْرِي مَنِ السَّائِلِ ؟ قُلْتُ : اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمَ . قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتـَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ . [ رواه مسلم ]
Artinya:” Dari Umar radhiyallahu `anhu juga dia berkata : Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun di antara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk di hadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada lututnya (Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam) seraya berkata, “ Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, Maka bersabdalah Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam: “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada ilah (tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu “, kemudian dia berkata, “ anda benar “. Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “ Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu beliau bersabda, “ Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk “, kemudian dia berkata, “ anda benar“. Kemudian dia berkata lagi: “ Beritahukan aku tentang ihsan “. Lalu beliau bersabda, “ Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau” . Kemudian dia berkata, “ Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda,“ Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya ". Dia berkata,“ Beritahukan aku tentang tanda-tandanya “, beliau bersabda, “ Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin lagi penggembala domba, (kemudian) berlomba-lomba meninggikan bangunannya “, kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam) bertanya,“Tahukah engkau siapa yang bertanya ?”. Aku berkata,“ Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui “. Beliau bersabda,“Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian “. (Riwayat Muslim)
Hadits ini merupakan hadits yang sangat dalam maknanya, karena didalamnya terdapat pokok-pokok ajaran Islam, yaitu Iman, Islam dan Ihsan. Kemudian hadits ini juga mengandung makna yang sangat agung karena berasal dari dua makhluk Allah yang terpercaya, yaitu: Amiinussamaa’ (kepercayaan makhluk di langit/Jibril) dan Amiinul Ardh (kepercayaan makhluk di bumi/ Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam ). Dengan demikian evaluasi yang diterapkan pada masa rasulullah SAW adalah secara langsung melihat tingkah laku para sahabat,mendengarkan bacaan sahabat tentang ayat-ayat al-qur’an, tanpa menggunakan buku catatan sebagaimana sekarang ini. Bila belum sampai kepada ukuran yang diharapkan, Rasulullah SAW memberikan penekanan dan penambahan materi, berupa nasihat, arahan dan sebagainya.
Hadist Nomor 2
عَنْ اَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قال رسول الله ص.م: اِنَّ اللهَ لاَ يَنْظُرُ اِلَى اَجْسَامِكُمْ
وَلاَ اِلَى صُوَرِكُمْ وَلٰكِنْ يَنْظُرَ اِلَى قُلُوْ بِكَمْ وَاَعْمَا لِكُمْ (رواه مسلم)
Artinya: “Dari Abu Hurairah RA, beliau berkata: Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak memandang dan menilai dari tubuh dan gambarmu (kuantitas), akan tetapi Allah memandang dan menilai dari hati dan amalmu” (H.R. Muslim).
Dari hadis diatas dapat disimpulkan bahwa ketentuan hasil evaluasi yang dilakukan oleh Allah terhadap makhluknya tidak akan menyalahi aturan yang ditetapkan sehingga tidak ada orang yang teraniaya atau dirugikan. Kesalahan hanya dihitung sesuai dengan jumlah kesalahan (dosa), tetapi kebaikan dihitung berlipat ganda, kebaikan satu diberi nilai 10 sampai 700.
Hadist Nomor 3
نَأِيِدِعاَّسلاٍدْيَمُحيِبَأْنَعِهيِبَأْنَعَةَوْرُعُنْبُماَشِهاَنَثَّدَحُةَدْبَعاَنَرَبْخَأٌدَّمَحُماَنَثَّدَحِهْيَلَعَُّاللَّىَّلَصَّيِبَّنلاِبَتُْلْاَنْباَلَمْعَتْساَمَّلَسَوَلاَقُهَبَساَحَوَمَّلَسَوِهْيَلَعَُّاللَّىَّلَصَِّاللَِّلوُسَرىَلِإَءاَجاَّمَلَفٍمْيَلُسيِنَبِتاَقَدَصىَلَعِةَّييِذَّلااَذَهَتْسَلَجَّلََّهَفَمَّلَسَوِهْيَلَعَُّاللَّىَّلَصَِّاللَُّلوُسَرَلاَقَفيِلْتَيِدْهُأٌةَّيِدَهِهِذَهَوْمُكَلَكُتَّيِدَهَكَيِتْأَتىَّتَحَكِمُأِتْيَبَوَكيِبَأِتْيَبيِفَنْثَأَوََّاللََّدِمَحَوَساَّنلاَبَطَخَفَمَّلَسَوِهْيَلَعَُّاللَّىَّلَصَِّاللَُّلوُسَرَماَقَّمُثاًقِداَصَتْنُكْنِإُلِمْعَتْسَأيِنِإَفُدْعَباَّمَأَلاَقَّمُثِهْيَلَعىَجِرَيِدْهُأٌةَّيِدَهِهِذَهَوْمُكَلاَذَهُلوُقَيَفْمُكُدَحَأيِتْأَيَفَُّاللَّيِنَّلًَواَّمِمٍروُمُأىَلَعْمُكْنِمًلًاِتْيَبَوِهيِبَأِتْيَبيِفَسَلَجَّلََّهَفيِلْتُخْأَيَلًَِّاللََّوَفاًقِداَصَناَكْنِإُهُتَّيِدَهُهَيِتْأَتىَّتَحِهِمُأِةَماَيِقْلاَمْوَيُهُلِمْحَيََّاللََّءاَجَّلًِإِهِقَحِرْيَغِبٌماَشِهَلاَقاًئْيَشاَهْنِمْمُكُدَحَأُذَّمُثُرَعْيَتٍةاَشْوَأٌراَوُخاَهَلٍةَرَقَبِبْوَأٌءاَغُرُهَلٍريِعَبِبٌلُجَرََّاللََّءاَجاَمَّنَفِرْعََلََفَلًَأَحِهْيَدَيَعَفَرَلًَأِهْيَطْبِإَضاَيَبُتْيَأَرىَّتُتْغَّلَبْلَه
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Muhammad, telah mengabarkan kepada kami 'Abdah, telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Urwah dari ayahnya dari Abu Humaid as Sa'idi, bahwa Nabi SAW pernah mempekerjakan Ibnul Atabiyah untuk menghimpun sedekah bani Sulaim. Tatkala ia mendatangi Rasulullah SAW dan Rasulullah mengevaluasinya, ia mengatakan: “Ini bagian untukmu dan ini hadiah untukku.” Spontan Rasulullah SAW bersabda:"Tidakkah jika engkau duduk saja di rumah ayahmu dan rumah ibumu, maka apakah akan datang hadiahmu kepadamu jika memang engkau jujur. "kemudian Rasulullah SAW berdiri dan berpidato kepada manusia, beliau memuja dan memuji Allah, kemudian mengatakan Amma ba'du. Sesungguhnya saya mempekerjakan beberapa orang di antara kalian untuk urusan yang Allah menguasakannya kepada saya, lantas salah seorang di antara kalian mengatakan ini bagian untukmu dan ini hadiah untukku. tidakkah jika dia duduk saja di rumah ayahnya dan rumah ibunya, maka apakah akan datang hadiahnya kepadanya jika memang dia jujur. Demi Allah, tidaklah salah seorang di antara kalian mengambil sesuatu yang bukan haknya, melainkan ia menghadap Allah dengan memikul barang yang diambilnya, ketahuilah, aku tahu ada seseorang yang menghadap Allah dengan memikul untanya yang mendengus, ada yang memikul sapinya yang melenguh, ada yang memikul kambingnya yang mengembik," kemudian beliau mengangkat kedua tangannya sehingga terlihat putih kedua ketiaknya”.
Dalam menjalankan misi pendidikan, untuk melihat tingkat atau kadar penguasaan sahabat terhadap materi pelajaran, Nabi SAW juga mengevaluasi sahabat-sahabatnya. Dengan mengevaluasi sahabat-sahabat, rasulullah mengetahui kemampuan para sahabat dalam memahami ajaran agamaatau dalam menjalankan tugas. Untuk melihat hasil pengajaran yang dilaksanakan, Rasulullah SAW sering mengevaluasi hafalan para sahabat dengan cara menyuruh para sahabat membacakan ayat-ayat al-Qur’an dihadapannya dengan membetulkan hafalan dan bacaan mereka yang keliru.
Hadist Nomor 4
حدثنا حفص بن عمر عن شعبة عن أبي عون عن الحارث بن عمرو بن المغيرة بن شعبة عن أناس من أهل حمص من أصحاب معاذ بن جبل أن رسول الله صلى الله عليه وسلم لما أراد أن يبعث معاذا إلى اليمن قال كيف تقضي إذا عرض لك قضاء قال أقضي بكتاب الله فإن لم تجد في كتاب الله قال فبسنة رسول الله صلى الله عليه وسلم قال فإن لم تجد في سنة رسول الله صلى الله عليه وسلم ولا في كتاب الله قال أجتهد برأيي ولا آلو (رواه أبو داود)
Artinya: ‘Menceritakan kepada kami Hafs ibn umar dari Syu’bah dan Abi ‘Aun dari Harith ibn ‘Amr ibn Mughirah ibn Syu’bah dari Anas dari Ahli Himsh dari sahabat-sahabat Mu’adz bahwasanya Rasulullah SAW ketika mengutus Mu’adz ke yaman bersabda: “bagaimana engkau akan menghukum apabila datang kepadamu satu perkara?, ia (Mu’adz) menjawab:”saya akan menghukum dengan kitabullah”, sabda beliau:”bagaimana bila tidak terdapat di kitabullah?” ia menjawab:”saya akan menghukum dengan sunnah Rasulullah,” beliau bersabda:”bagaimana jika tidak terdapat dalam sunnah Rasulullah SAW? Ia menjawab:”saya berijtihad dengan pikiran saya dan tidak akan mundur”.(HR. Abu Daud).
Hadis diatas menerangkan bahwa untuk mengadili suatu perkara harus merujuk pada al-Qur’an, jika tidak ditemukan dalam al-Qur’an maka rujuk pada sunnah Rasulullah SAW, jika tidak ditemukan maka boleh berijtihad dengan akal yang sehat. Dan bisa juga menggabungkan keduanya antar al-Qur’an dan al-Hadis, karena fungsi hadis menjelaskan al-Qur’an sehingga lebih akurat alasannya. Hadis diatas terlihat Rasulullah baru akan menyerahkan tugas kepada Mu’adz ketika terlebih dahulu mengetahui bahwa Mu’adz memiliki ilmu tentang persoalan tugas yang akan diembannya.
Prinsip-prinsip diatas jika ditelaah dalam konsep pendidikan Islam, juga sejalan dengan prinsip pendidikan islam itu sendiri yaitu keseimbangan (tawazun) dan komprehensif (tasyamul). Bentuk keseimbangan tersebut meliputi keseimbangan antara aspek materil dan spiritual maupun antara jasmani dan rohani, dan juga antara individu dan sosial. Prinsip ini berimplikasi pada prinsip komprehensif yang memberikan kerangka dasar bahwa pendidikan Islam meliputi seluruh dimensi potensi manusia, yaitu akal, intelektual, jiwa, spiritual, maupun jasmani. Kedua prinsip itu merupakan dasar pendidikan Islam untuk membimbing peserta didik menjadi insan kamil.
Hadist Nomor 5
حدثنا محمد بن عبد الله بن نمير, حدثنا أبى, جدثنا عبد الله, عن نافع, عن ابى عمرقال, عرضنى رسول الله صلى الله عليه وسلم يوم أحد فى القتال, وأنا ابن أربع عشرة, فام يجوني . وعرضني يوم الخندق, وانا بن خمس عشرة سنة, فأجزانى. (رواه البخاري(
Artinya : menceritakan kepada Muhammad ibn ‘Abdullah ibn Numair, menceritakan kepada kami ayahku, menceritakan kepada kami ‘Abdullah, dari Nafi’, dari ibn Imar berkata, “Rasulullah SAW menguji kemampuanku berperang pada hari perang uhud, ketika aku berusia empat belas tahun, lalu beliau tidak mengizinkanku, dan beliau mengujiku kembali pada hari perang khandaq ketika aku berusia lima belas tahun, lalu beliau mengizinkanku. (HR. Muslim No. 3473).
Menurut M. Arifin, ada tiga tujuan pedagogis dari sistem evaluasi Tuhan terhadap perbuatan manusia, yaitu:
- Untuk menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap berbagai macam problema kehidupan yang dialaminya.
- Untuk mengetahui sejauhmana hasil pendidikan wahyu yang telah diterapkan Rasulullah SAW terhadap umatnya.
- Untuk menentukan klasifikasi atau tingkat-tingkat hidup keislaman atau keimanan manusia, sehingga diketahui manusia yang paling mulia di sisi Allah SWT yaitu paling bertaqwa kepada-Nya, manusia yang sedang dalam iman atau ketakwaannya, manusia yang ingkar kepada ajaran Islam.
Hadist Nomor 6
من حسن إسالم المرء تركه ماال يغنيه.(رواه الترمذى)
Artinya : “Sebagian dari kebaikan keislaman seseorang ialah dia akan meninggalkan segala aktifitas yang tidak berguna baginya (siasia)”. (H.R. Turmudzi).39
Evaluasi mengacu kepada tujuan. Setiap aktifitas manusia sudah barang tentu mempunyai tujuan tertentu, karena aktifitas yang tidak mempunyai tujuan berarti merupakan aktifitas atau pekerjaan sia-sia. Nabi Muhammad SAW menganjurkan kepada umatnya agar meninggalkan aktifitas yang sia-sia tersebut. Agar evaluasi sesuai dan dapat mencapai sasaran yang diharapkan, maka evaluasi juga perlu mengacu pada tujuan. Tujuan sebagai acuan ini dirumuskan lebih dahulu, sehingga dengan jelas menggambarkan apa yang hendak dicapai.
Hadist Nomor 7
حدثنا قتيبة, جدثنا اسماعيل بن جعفر, عن عبدالله بن دينار, عن ابى عمر قال, قال رسول الله صلى الله عليه وسلم, "ان من شجر شجرة لا يسقط ورقها, وإنها مثل المسلم, فحدثونى ماهى؟ فوقع الناس فى شجرة اليوادى, قال, عبدالله, ووقع فى نفسى أنها النخلة, فاستحييت. ثم قالوا, " حدثنا ماهي يارسول الله." قال, " هي النخلة." (رواه البخارى
Artinya : menceritakan kepada kami Qutaibat, menceritakan kepada kami Ismail ibn Ja’far, dari Abdullah Ibn Dinar, dari Ibn Umar, ia berkata, Rasulullah SAW Bersabda, “ Sesungguhnya diantara pepohonan ada satu pohon yang daunnya tidak jatuh ke tanah (secara berguguran). Pohon itu bagaikan seorang muslim. Jelaskanlah kepadaku pohon apa itu? “ orang-orang mengatakan pohon itu terdapat di pedalaman. ‘Abdullah Berkata, “ dalam benakku terbetik pikiran bahwa yang dimaksud adalah pohon kurma. Akan tetapi aku malu menjawabnya. “ Orang-orang barkata “ beritahukanlah kepada kami, pohon apakah itu wahai Rasulullah? Beliau menjawab Pohon kurma.” (HR. Bukhari).
Dalam menjalankan misi pendidikan, untuk melihat tingkat atau kadar penguasaan sahabat terhadap materi pelajaran, nabi SAW juga mengevaluasi sahabat-sahabatnya. Dengan mengevaluasi sahabat-sahabat, rasulullah mengetahui kemampuan para sahabat dalam memahami ajaran agamaatau dalam menjalankan tugas. Untuk melihat hasil pengajaran yang dilaksanakan, rasulullah SAW sering mengevaluasi hafalan para sahabat dengan cara menyuruh para sahabat membacakan ayat-ayat al-qur’an dihadapannya dengan membetulkan hafalan dan bacaan mereka yang keliru. Evaluasi juga dapat dilakukan dengan cara bertanya tentang suatu masalah hukum secara langsung kepada rasulullah, lalu rasulullah menjawabnya.
Hadist Nomor 8
Artinya:‖ Menceritakan pada kami Sufyan bin Waki‟, Menceritakan pada kami Isa bin Yunus dari Abi Bakar bin Abi Maryam H W Menceritakan pada kami Abdullah bin Abdurrahman, Memberitahukan pada kami Amr bin Aun, Menceritakan pada kami Ibnul Mubarak, dari Abi Bakar bin abi Maryam dari Dlamrah bin bin Habib dari Syaddad bin Aus dari Nabi SAW bersabda, ―Orang yang Cerdas itu adalah orang yang mengalahkan Hawa Nafsunya (Dirinya) dan Melakukan perbuatan untuk (Kehidupan setelah Mati), sedangkan orang yang Lemah adalah orang yang Mengikuti Hawa Nafsunya dan Berangan-angan kepada Allah. Sufyan berkata‖ ini hadits Hasan‖ berkata lagi Maksud‖ Man daana Nafsahu” adalah Mengevaluasi dirinya di dunia sebelum di Hisab nanti di hari Kiamat. Dan diriwayatkan dari Umar bin Khattab berkata‖ Evaluasi diri kalian sebelum dihisab di Akhirat dan berhiaslah untuk kehormatan yang besar dan bahwasanya Hisab pada hari Kiamat diringankan bagi orang yang mengevaluasi dirinya di dunia. Diriwayatkan juga dari Maimun bin Mihran berkata‖ Tidak dikatakan hamba yang bertaqwa, sehingga ia mengevaluasi dirinya sebagaimana Menginterogasi temannya dari mana dia mendapat Makanan dan Pakaian. (HR. Turmudzi).
Barangsiapa yang mengintropeksi diri sebelum dihisab dirinya akan ringan didalam hisabnya kelak pada hari kiamat, manakala hadir dalam pertanyaan serta jawaban, serta akan berakibat baik. Dan barangsiapa yang enggan untuk instropeksi diri dia akan cepat merasakan kerugian, menunggu dalam waktu yang lama pada hari kiamat kelak, dan kesalahannya sebagai penuntun pada kehinaan dan siksaannya. Imam al-Mawardi menerangkan, "Muhasabah adalah seseorang mengoreksi diri secara tuntas diwaktu keheningan malam terhadap perbuatan yang dilakukan pada siang hari. Jika hasilnya terpuji maka dia terus berlalu, sambil dibarengi keesokannya dengan perbuatan yang serupa sambil memperbaikinya lagi. Dan bila hasilnya tercela maka dia berusaha untuk mengoreksi dimana letaknya, lalu mencegah untuk tidak mengulanginya lagi pada hari esok ".
Hadist Nomor 9
إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى البِرِّ، وَإِنَّ البِرَّ يَهْدِي إِلَى الجَنَّةِ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يَكُونَ صِدِّيقًا
Artinya:
“Sesungguhnya kebenaran itu membawa kepada kebaikan, dan kebaikan itu membawa kepada surga. Seseorang yang membiasakan diri berkata benar sehingga tercatat di sisi Allah sebagai orang yang benar”. (H.R. Muslim).
Prinsip-prinsip tersebut sejalan dengan ajaran Islam, karena prinsip-prinsip tersebut dalam ajaran Islam termasuk ke dalam akhlak yang mulia. Dalam akhlak yang mulia seseorang harus bersifat obyektif, jujur, mengatakan sesuatu sesuai dengan apa adanya. Orang yang menilai demikian dalam agama Islam dikenal dengan istilah Shidiq. Selanjutnya ajaran Islam juga menganut prinsip penilaian yang menyeluruh, yaitu penilaian pada segi ucapan, perbuatan, dan hati sanubari, yang dikenal dengan istilah qauliyah, fi’liyah dan qalbiyah. Seseorang yang beriman misalnya harus meliputi keseluruhan aspek tersebut. Allah SWT. Menilai iman seseorang jika memenuhi seluruh aspek tersebut.
Hadist Nomor 10
َ
Artinya: “Dari Anas ia berkata, Rasulullah bersabda, “Setiap anak Adam mempunyai kesalahan dan sebaik-baiknya orang yang berbuat kesalahan adalah yang bertaubat.”
Hadis yang di riwayatkan oleh Ibnu Majah ini menjelaskan bahwa, setiap anak Adam atau pun manusia itu tidak lari dari melakukan kesalahan atau dosa. Makanya dianjurkan umat manusia itu untuk seringlah mengintrospeksi diri dengan taubat karena hal itu adalah yang terbaik setelah melakukan sesuatu hal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar